PENDAHULUAN
Peningkatan pengetahuan dan
teknologi yang sedemikian cepat dalam segala bidang serta meningkatnya pengetahuan masyarakat
berpengaruh pula terhadap meningkatnya
tuntutan masyarakat akan mutu
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan atau kebidanan. Hal ini
merupakan tantangan bagi profesi
keperawatan dan kebidanan dalam mengembangkan profesionalisme selama memberi
pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayanan yang tinggi memerlukan
landasan komitmen yang kuat
dengan basis pada etik dan moral yang tinggi.
Sikap etis profesional yang kokoh
dari setiap perawat atau bidan akan
tercermin dalam setiap langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan
yang diambil dalam merespon situasi yang
muncul. Oleh karena itu pemahaman yang mendalam tentang etika dan moral serta penerapannya menjadi bagian yang sangat
penting dan mendasar dalam memberikan asuhan keperawatan atau kebidanan dimana
nilai-nilai pasen selalu menjadi pertimbangan dan
dihormati.
ETIKA, MORAL DAN NILAI-NILAI
Pengertian:
§ Etik merupakan suatu
pertimbangan yang sistematis
tentang perilaku benar atau salah, kebajikan atau
kejahatan yang berhubungan
dengan perilaku.
§ Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan
seseorang tentang penghargaan terhadap
suatu standar atau pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku seseorang.
Sistem nilai dalam suatu organisasi
adalah rentang nilai-nilai yang dianggap
penting dan sering diartikan
sebagai perilaku personal.
§ Moral hampir sama
dengan etika, biasanya merujuk pada standar personal tentang benar atau salah.
Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam agama, hukum, adat dan
praktek profesional
NILAI-NILAI
ESENSIAL DALAM PROFESI
Pada tahun 1985, “The American Association Colleges of Nursing” melaksanakan suatu proyek termasuk didalamnya
mengidentifikasi nilai-nilai esensial dalam praktek keperawatan
profesional. Perkumpulan
ini mengidentifikasikan 7 nilai-nilai
esensial dalam kehidupan profesional, yaitu:
1.
Aesthetics
(keindahan):
Kualitas obyek suatu peristiwa atau kejadian, seseorang memberikan
kepuasan termasuk penghargaan, kreatifitas, imajinasi, sensitifitas dan kepedulian.
2.
Altruism
(mengutamakan orang lain): Kesediaan
memperhatikan kesejahteraan orang
lain termasuk keperawatan atau
kebidanan, komitmen, arahan, kedermawanan atau kemurahan hati serta ketekunan.
3.
Equality
(kesetaraan):
Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan dengan sikap asertif, kejujuran, harga diri
dan toleransi
4.
Freedom
(Kebebasan):
memiliki kapasitas untuk memilih
kegiatan termasuk percaya diri,
harapan, disiplin serta kebebasan
dalam pengarahan diri sendiri.
5.
Human
dignity (Martabat manusia): Berhubungan
dengan penghargaan yang lekat terhadap martabat manusia sebagai
individu termasuk didalamnya kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan dan
penghargaan penuh terhadap kepercayaan.
1.
Justice
(Keadilan):
Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal termasuk
objektifitas,
moralitas, integritas, dorongan dan keadilan serta kewajaran.
2.
Truth (Kebenaran): Menerima kenyataan dan realita,
termasuk akontabilitas, kejujuran, keunikan dan reflektifitas yang rasional.
PENGEMBANGAN
DAN TRANSMISI NILAI-NILAI
Individu tidak lahir
dengan membawa nilai-nilai (values).
Nilai-nilai ini diperoleh dan berkembang melalui informasi, lingkungan
keluarga, serta budaya sepanjang
perjalanan hidupnya. Mereka
belajar dari keseharian dan menentukan tentang nilai-nilai mana yang benar dan mana yang salah. Untuk memahami perbedaan
nilai-nilai kehidupan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dimana mereka tumbuh dan berkembang.
Nilai-nilai tersebut diambil dengan berbagai
cara antara lain: (1) Model atau contoh, dimana individu belajar
tentang nilai-nilai yang baik atau buruk melalui observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan
masyarakat lingkungannya dimana dia bergaul; (2) Moralitas diperoleh
dari keluarga, ajaran agama, sekolah, dan institusi tempatnya bekerja dan
memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada individu untuk
mempertimbangkan nilai-nilai yang
berbeda; (3) Sesuka hati adalah
proses dimana adaptasi nilai-nilai ini
kurang terarah dan sangat tergantung kepada nilai-nilai yang ada di dalam diri
seseorang dan memilih serta mengembangkan sistem nilai-nilai tersebut menurut
kemauan mereka sendiri. Hal ini
lebih sering disebabkan karena kurangnya pendekatan,
atau tidak adanya bimbingan atau pembinaan sehingga dapat menimbulkan kebingungan, dan konflik
internal bagi individu tersebut; (4) Penghargaan dan Sanksi; Perlakuan
yang biasa diterima seperti: mendapatkan
penghargaan bila menunjukkan perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapat
sanksi atau hukuman bila menunjukkan
perilaku yang tidak baik; (5) Tanggung jawab untuk memilih; adanya dorongan internal untuk menggali nilai-nilai tertentu dan mempertimbangkan
konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping itu, adanya dukungan dan bimbingan
dari seseorang yang akan menyempurnakan
perkembangan sistem nilai dirinya sendiri.
KLARIFIKASI NILAI-NILAI
(VALUES)
Klarifikasi
nilai-nilai merupakan suatu proses dimana seseorang dapat mengerti sistem nilai-nilai yang melekat pada dirinya
sendiri. Hal ini merupakan proses yang memungkinkan seseorang menemukan sistem perilakunya sendiri melalui perasaan dan analisis yang dipilihnya dan
muncul alternatif-alternatif, apakah pilihan–pilihan ini yang sudah dianalisis
secara rasional atau merupakan hasil dari
suatu kondisi sebelumnya (Steele&Harmon, 1983). Klarifikasi
nilai-nilai mempunyai manfaat yang sangat besar didalam aplikasi keperawatan dan kebidanan. Ada tiga fase
dalam klarifikasi nilai-nilai individu yang perlu dipahami oleh perawat dan
bidan.
Pilihan: (1) Kebebasan memilih
kepercayaan serta menghargai keunikan bagi setiap individu; (2) Perbedaan dalam
kenyataan hidup selalu ada perbedaan-perbedaan, asuhan yang diberikan bukan
hanya karena martabat seseorang tetapi hendaknya perlakuan
yang diberikan mempertimbangkan sebagaimana kita ingin diperlakukan. (3)
Keyakinan bahwa penghormatan terhadap martabat seseorang akan merupakan
konsekuensi terbaik bagi semua masyarakat.
Penghargaan: (1) Merasa bangga
dan bahagia dengan pilihannya sendiri
(anda akan merasa senang bila mengetahui bahwa asuhan yang anda berikan
dihargai pasen atau klien serta sejawat)
atau supervisor memberikan pujian atas keterampilan hubungan interpersonal yang
dilakukan; (2) Dapat mempertahankan nilai-nilai tersebut bila ada seseorang
yang tidak bersedia memperhatikan martabat manusia sebagaimana mestinya.
Tindakan (1) Gabungkan
nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan atau pekerjaan sehari-hari; (2) Upayakan selalu konsisten
untuk menghargai martabat manusia dalam
kehidupan pribadi dan profesional, sehingga timbul rasa sensitif atas tindakan
yang dilakukan.
Semakin disadari nilai-nilai profesional maka semakin timbul nilai-nilai
moral yang dilakukan serta selalu
konsisten untuk mempertahankannya.
Bila dibicarakan dengan sejawat atau
pasen dan ternyata tidak sejalan, maka
seseorang merasa terjadi sesuatu yang kontradiktif
dengan prinsip-prinsip yang
dianutnya yaitu; penghargaan terhadap martabat manusia yang tidak terakomodasi
dan sangat
mungkin kita tidak lagi merasa
nyaman. Oleh karena
itu, klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana kita
perlu meningkatkan serta konsisten bahwa keputusan yang diambil secara khusus dalam kehidupan ini untuk menghormati martabat manusia. Hal
ini merupakan nilai-nilai positif yang
sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari dan dalam masyarakat luas.
PELAKSANAAN ETIK DAN MORAL DALAM PELAYANAN KLINIS
KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
Aplikasi dalam praktek
klinis bagi perawat/bidan diperlukan untuk menempatkan nilai-nilai
dan perilaku kesehatan pada
posisinya. Perawat/bidan bisa menjadi sangat frustrasi bila membimbing atau
memberikan konsultasi kepada pasen yang mempunyai nilai-nilai dan perilaku
kesehatan yang sangat rendah. Hal ini disebabkan karena pasen kurang
memperhatikan status kesehatannya. Pertama-tama yang dilakukan oleh
perawat/bidan adalah berusaha membantu
pasen untuk mengidentifikasi nilai-nilai
dasar kehidupannya sendiri.
Sebagai ilustrasi dapat dicontohkan kasus
sebagai berikut: Seorang pengusaha yang sangat sukses dan mempunyai akses di
luar dan dalam negeri sehingga dia
menjadi sibuk sekali dalam mengelola usahanya. Akibat kesibukannya dia sering
lupa makan sehingga terjadi perdarahan lambung yang menyebabkan dia perlu
dirawat di rumah sakit. Selain itu dia juga perokok berat sebelumnya. Ketika kondisinya telah mulai pulih perawat
berusaha mengadakan pendekatan untuk mempersiapkannya untuk pulang. Namun
perawat menjadi kecewa, karena pembicaraan akhirnya mengarah pada keberhasilan
serta kesuksesannya dalam bisnis. Kendati demikian upaya tersebut harus selalu
dilakukan dan kali ini perawat menyusun
list pertanyaan dan mengajukannya kepada pasen tersebut. Pertanyaannya, “Apakah tiga hal yang paling penting dalam kehidupan bapak dari daftar dibawah ini
?” Pasen diminta untuk memilih atas pertanyaan berikut:
1.
Bersenang-senang
dalam kesendirian (berpikir, mendengarkan musik atau membaca).
2.
Meluangkan
waktu bersama keluarga.
3.
Melakukan
aktifitas seperti: mendaki gunung, main
bola atau berenang.
4.
Menonton
televisi.
5.
Membantu
dengan sukarela untuk kepentingan orang
lain.
6.
Menggunakan
waktunya untuk bekerja.
Langkah berikutnya adalah mengajaknya untuk mendiskusikan prioritas yang dibuat berdasarkan nilai-nilai
yang dianutnya, dengan mengikuti klarifikasi nilai-nilai sebagai berikut:
1.
Memilih:
Setelah menggali aspek-aspek berdampak terhadap kesehatan pasen,
misalnya stress yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan dan mengganggu
aktifitasnya, maka sarankan kepadanya memilih secara bebas nilai-nilai kunci yang dianutnya. Bila dia memilih
masalah kesehatannya, maka hal ini menunjukkan tanda positif.
2.
Penghargaan: Berikan dukungan untuk
memperkuat keinginan pasen dan promosikan nilai-nilai tersebut dan bila
memungkinkan dapatkan dukungan dari keluarganya. Contoh: istri dan anak anda
pasti akan merasa senang bila anda memutuskan untuk berhenti merokok serta
mengurangi kegiatan bisnis anda, karena dia sangat menghargai kesehatan anda.
3.
Tindakan: Berikan bantuan kepada pasen
untuk merencanakan kebiasaan baru yang konsisten setelah memahami nilai-nilai
pilihannya. Minta kepada pasen untuk memikirkan suatu cara bagaimana nilai
tersebut dapat masuk dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata yang perlu
diucapkan perawat/bidan kepada pasennya: “Bila
anda pulang, anda akan menemukan cara kehidupan yang berbeda, dan anda
menyatakan ingin mulai menggunakan waktu demi kesehatan anda”.
PERILAKU ETIS
PROFESIONAL
Dalam hal ini, perawat
atau bidan seringkali menggunakan dua
pendekatan: yaitu pendekatan berdasarkan prinsip dan pendekatan
berdasarkan asuhan keperawatan
/kebidanan.
Pendekatan
Berdasarkan Prinsip
Pendekatan berdasarkan
prinsip, sering dilakukan dalam bio etika untuk menawarkan bimbingan untuk
tindakan khusus. Beauchamp Childress (1994) menyatakan empat pendekatan
prinsip dalam etika biomedik antara
lain; (1) Sebaiknya mengarah langsung untuk
bertindak sebagai penghargaan terhadap
kapasitas otonomi setiap orang:
(2) Menghindarkan berbuat suatu
kesalahan; (3) Bersedia dengan murah hati memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan segala konsekuensinya; (4)
Keadilan menjelaskan tentang manfaat dan
resiko yang dihadapi.
Dilema etik muncul ketika
ketaatan terhadap prinsip menimbulkan penyebab konflik dalam bertindak. Contoh; seorang ibu yang memerlukan biaya untuk
pengobatan progresif bagi
bayinya yang lahir tanpa otak dan secara medis dinyatakan tidak
akan pernah menikmati kehidupan bahagia
yang paling sederhana sekalipun. Di sini
terlihat adanya kebutuhan untuk tetap
menghargai otonomi si ibu akan
pilihan pengobatan bayinya, tetapi
dilain pihak masyarakat berpendapat akan
lebih adil bila pengobatan diberikan kepada bayi yang masih memungkinkan
mempunyai harapan hidup yang besar. Hal ini tentu sangat mengecewakan karena
tidak ada satu metoda pun yang mudah dan aman untuk menetapkan prinsip-prinsip mana yang lebih penting, bila
terjadi konflik diantara kedua prinsip yang berlawanan. Umumnya, pendekatan
berdasarkan prinsip dalam bioetik, hasilnya terkadang lebih membingungkan. Hal ini dapat mengurangi perhatian perawat atau bidan
terhadap sesuatu yang penting dalam etika.
Pendekatan
Berdasarkan Asuhan
Ketidakpuasan yang
timbul dalam pendekatan berdasarkan prinsip dalam bioetik mengarahkan banyak perawat atau bidan
untuk memandang “care” atau
asuhan sebagai fondasi dan
kewajiban moral. Hubungan perawat/bidan dengan pasen merupakan pusat pendekatan berdasarkan asuhan, dimana memberikan langsung perhatian khusus
kepada pasen,
sebagaimana dilakukan sepanjang
kehidupannya sebagai perawat atau bidan. Perspektif asuhan memberikan arah
dengan cara bagaimana perawat/bidan dapat membagi waktu untuk dapat
duduk bersama dengan pasen atau sejawat, merupakan suatu kewajaran yang
dapat membahagiakan bila
diterapkan berdasarkan etika. Karakteristik perspektif dari asuhan meliputi : (1)
Berpusat pada hubungan interpersonal dalam asuhan; (2) Meningkatkan
penghormatan dan penghargaan terhadap martabat
klien atau pasen sebagai
manusia; (3) Mau mendengarkan dan
mengolah saran-saran dari orang
lain sebagai dasar yang mengarah pada tanggung-jawab profesional; (4) Mengingat
kembali arti tanggung-jawab moral
yang meliputi kebajikan seperti: kebaikan,
kepedulian, empati, perasaan kasih-sayang, dan menerima kenyataan.
(Taylor,1993).
Asuhan juga memiliki tradisi
memberikan komitmen utamanya terhadap pasen dan
belakangan ini mengklaim bahwa advokasi
terhadap pasen merupakan salah satu peran yang
sudah dilegimitasi sebagai peran dalam memberikan asuhan
keperawatan/kebidanan. Advokasi adalah memberikan saran dalam upaya melindungi
dan mendukung hak-hak pasen. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral bagi
perawat atau bidan, dalam menemukan kepastian
tentang dua sistem pendekatan
etika yang dilakukan yaitu pendekatan berdasarkan prinsip dan asuhan. Perawat atau
bidan yang memiliki komitmen tinggi dalam mempraktekkan
keperawatan profesional dan tradisi tersebut perlu mengingat hal-hal sbb: (1)
Pastikan bahwa loyalitas staf atau kolega
agar tetap memegang teguh komitmen utamanya terhadap pasen; (2) berikan
prioritas utama terhadap pasen dan
masyarakat pada umumnya; (3) Kepedulian mengevaluasi terhadap kemungkinan adanya klaim otonomi dalam kesembuhan
pasen. Bila menghargai otonomi, perawat atau bidan harus memberikan informasi yang akurat, menghormati dan
mendukung hak pasien dalam mengambil
keputusan.
KESIMPULAN
Dalam upaya mendorong
profesi keperawatan dan kebidanan agar
dapat diterima dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain,
maka mereka harus memanfaatkan nilai-nilai keperawatan / kebidanan dalam
menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian perawat atau bidan yang menerima tanggung
jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan atau kebidanan secara etis
profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar,
melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi
keselamatan pasen, penghormatan terhadap
hak-hak pasen, akan berdampak
terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan atau kebidanan